Era globalisasi menuntut industri di bidang teknologi kesehatan untuk terus
berinovasi mengembangkan teknologi yang tepat guna tanpa mengabaikan standar
kualitasnya. Perkembangan teknologi kesehatan untuk tangan palsu sudah sangat
maju terutama di negara Amerika, Jepang, Inggris, dan negara maju lainnya.
Produk tangan palsu yang ada di Indonesia masih didominasi oleh produk impor
yang harganya cukup mahal. Industri pembuatan kaki palsu di Indonesia masih
belum mampu memproduksi tangan palsu mekanis yang baik. Produk lokal yang
ada kebanyakan berbahan serat fiber konvensional sehingga kurang nyaman
digunakan, tidak fleksibel, tidak ergonomis dan lifetime pendek.
Data World Health Organization (WHO), Bank Dunia, dan International
Labour Organization (ILO) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah
penyandang disabilitas di dunia sekitar lima belas persen atau sebanyak satu miliar
jiwa dari total jumlah penduduk dunia. Sedangkan data Kementerian Kesehatan
tahun 2010 mencatat jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 6,7 juta
orang. Sementara jika merujuk pada konteks ketenagakerjaan, data Kementerian
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi RI menyatakan jumlah penyandang disabilitas
tahun 2010 sebanyak 7.126.409 jiwa. Jumlah tersebut terdiri atas tunanetra
sebanyak 2.137.923 jiwa, tunadaksa sebanyak 1.852.866 jiwa, Tuli 1.567.810 jiwa,
penyandang disabilitas mental 712.641 jiwa dan penyandang disabilitas kronis
sebanyak 855.169 jiwa (Poerwanti, 2017).
Tangan prostesis adalah alat bantu gerak bagian atas yang digunakan
sebagai pengganti tangan yang teramputasi. Alat ini dapat berupa tangan kosmetik,
tangan mekanik, ataupun tangan bionik. Tangan kosmetik hanya besifat sebagai
pengganti namun tidak dapat mempunyai fungsi gerakan. Sedangkan tangan
mekanik dan tangan bionik memiliki fungsi gerakan seperti menggenggam dan
menunjuk dengan mekanisme mekanis untuk tangan mekanik dan elektris untuk
tangan bionik.
Beberapa jenis tangan bionik sudah mulai diproduksi di Indonesia. Sebagian
besar produk ini masih mengimpor beberapa komponen seperti sensor EMG
(electro myography) dan motor aktuator linier dengan harga yang relatif mahal.
Apabila terjadi masalah atau kerusakan pada komponen produk, untuk
memperbaikinya dibutuhkan waktu dan biaya yang besar. Selain itu, produk tangan
bionik dalam negeri memiliki massa yang relatif berat dan kemamputukaran yang
rendah.
Berdasarkan uraian tersebut, kami merancang penelitian tentang Solidpro,
yaitu tangan bionik cetak 3D modular untuk amputasi tangan bawah siku dengan
sensor force sensing resistor (FSR) yang terjangkau. Solidpro memiliki sistem
modular dengan beberapa fitur modular yang dapat ditambahkan atau diganti.
Teknologi modular yang dapat diterapkan pada Solidpro adalah replacable battery,
solar power, dan rezisable socket. Produk ini dapat menjadi inovasi pengembangan
tangan bionik yang terjangkau pada era 4.0 di Indonesia.