• Suprihatin
  • Tanggal Diubah : 28 September 2021
    Status Registrasi : Belum Registrasi

SKRINING STUNTING & UNDERWEIGHT DENGAN LINGKARAN GIZI ANTROPOMETRI-SUPRIHATIN (LIGA-SPH)

Deskripsi

Arah dan kebijakan Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care)dengan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi, melalui percepatan perbaikan gizi. Upaya mencapai sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing adalah dengan meningkatkan kualitas anak, perempuan dan pemuda. Salah satu major project adalah percepatan penurunan kematian ibu dan stunting (Pritasari 2021). Target penurunan stunting Indonesia tahun 2024 adalah 14%. WHO merekomendasikan pengurangan stunting 3,9 % per tahun (Mustika and Syamsul 2015).

Ada 178.000.000 balita di dunia mengalami stunting. Tertinggi di Afrika dan Asia dan  Indonesia termasuk 10 besar negara dengan kasus balita stunting tertinggi di Asia (Hidayat and Pinatih 2017). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 persentase stunting Indonesia yaitu sebesar 30,8 % (Purwanti 2019). Di Jawa Tengah tahun 2018 ada 16 (enam belas) Kabupaten lokus stunting yang di dalamnya termasuk Kabupaten Blora (Pritasari 2021). Meskipun data profil propinsi Jawa Tengah tahun 2019 balita pendek 7,4%, namun upaya  penemuan stunting sedini mungkin harus terus berjalan.

 

Berdasarkan data Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Kabupaten Blora tahun 2019 didapati jumlah stunting sebanyak 3.833 dari 55.724 balita (8,2%). Kecamatan Japah sebagai satu kecamatan di Kabupaten Blora terjadi trend kenaikan kasus sejak Februari 2019 ada 61 balita, Agustus 2019  ada 95 balita, Februari 2021 ada 112 balita, dan Agustus 2021 ada 154 balita.

Stunting diartikan sebagai kondisi tinggi badan lebih pendek dibanding seusianya akibat kurang gizi kronis pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (Kemendes PDTT 2017). Diukur dari indeks panjang tinggi badan menurut umur pada anak usia 0 - 60 bulan. Disebut sangat pendek jika hasil pengukuran tinggi balita di bawah persentil z-score -3SD/standar deviasi, dan disebut pendek jika persentil z-score antara -3SD sampai dibawah -2SD (Republik Indonesia 2021, PMK No.2). Kekurangan gizi kronis tersebut karena multi dimensi faktoral yaitu rendahnya berat badan lahir (BBLR), tingkat pendidikan ibu, pendapatan rumah tangga, dan kurangnya hygiene sanitasi rumah (Apriluana and Fikawati 2018).

Stunting memberi dampak pada fungsi kognitif dan produktivitas rendah, kerugian jangka panjang karena penyakit PTM (Setiawan, Machmud, and Masrul 2018). Dampak terpenting yang harus dicegah adalah penurunan intelegensia 5-11 point. Pemerintah berupaya mengatasi stunting melalui kebijakan program Intervensi Spesifik dan Sensitif pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan (Kemendes PDTT 2017).

Dari studi pendahuluan menunjukkan bahwa sebanyak 270 kader yang ada di Kecamatan Japah belum mampu plotting data  tinggi badan ke grafik TB/U buku KIA sehingga lembar tersebut tidak diisi. Hal ini akan menyulitkan  penyuluhan tentang stunting di meja 4 posyandu. Kader belum pernah diajari mengisi grafik stunting di buku KIA sehingga belum ada database stunting per bulan di tingkat desa. Pelaksanaan rembug stunting tingkat desa belum pernah diadakan karena prevalensi stunting diambil dari Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGM) nutrisionis puskesmas. Penilaian terbatas bulan Februari dan Agustus sehingga memperlambat tindakan konvergensi stunting.

Hasil  penelitian skrining stunting dengan media KMS dinding hanya mampu menskrining stunting 38,0% karena ada kesulitan membaca kurva pertumbuhan sesuai jenis kelamin, penentuan bulan, serta membaca tinggi badan anak (Abdul, Alfridsyah, and Affan 2019), kemampuan psikomotor kader kurang baik sebanyak 41,9% (Adistie, Lumbantobing, and Maryam 2018). Skor praktik kader dalam penentuan stunting masuk kategori kurang (nilai <70). Penggunaan media gizi  juga lebih efektif ditunjukkan pada hasil penelitian Diana et al pada tahun 2019 yang menunjukkan bahwa media Edutainment Card efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pedoman gizi seimbang (Diana et al, 2019). Kesulitan di lapangan semakin bertambah dengan hasil penelitian Munna tahun 2021, menunjukkan bahwa dalam Buku KIA terdapat beberapa istilah yang kurang dimengerti oleh orang awam dan ibu tidak mengetahui bahwa Buku KIA dapat mendeteksi secara dini adanya gangguan mengenai kesehatan ibu dan anak dan menjadi sumber informasi sehingga ibu hanya menganggap Buku tersebut tidak terlalu penting (Munna et al 2021).

Lingkaran Gizi Antropometri-Suprihatin (LIGA-SPH) adalah media konversi tabel antropometri berdasar Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 2 Tahun 2021 ke bentuk lingkaran untuk penilaian stunting pada anak usia 0-60 bulan. Ada dua varian yaitu pink (untuk balita perempuan) dan biru (untuk balita laki-laki).

Hasil penelitian Suprihatin 2021 terhadap 62 responden kader posyandu di Kecamatan Japah Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa Kecepatan skrining stunting kelompok LIGA-sph mendapatkan rata-rata 194,85 detik (3 menit 14 detik), pada kelompok Grafik PB-TB/U mendapatkan rata-rata 822,96 detik (13 menit 42 detik). Ketepatan skrining kelompok LIGA-sph mendapatkan skor 9.32, sedangkan kelompok PB-TB/U mendapatkan 7,23. Hasil analisa Mann Whitney mendapatkan nilai p value 0,000 < 0,05.

Sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah ada perbedaan yang signifikan kecepatan waktu yang dibutuhkan dan ketepatan skrining Stunting menggunakan Lingkaran Gizi Antropometri-Suprihatin (Liga-Sph) dan grafik TB/U buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Japah Kabupaten Blora dengan selisih waktu lebih dari 10 menit per kasus. Hal ini tentunya akan lebih menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan skrining BB/U (underweight) dan TB/U (stunting).

Sebelum penggunaan Liga-Sph, kegiatan skrining BB/U (underweight) dan TB/U (stunting) hanya dilakukan pada bulan Februari dan Agustus saja. Itupun menunggu hasil skrining bidan desa dengan validasi aplikasi EPPGM petugas gizi Puskesmas.. Padahal Kader Pembangunan Manusia (KPM) yang dibentuk Kemendes dan Kemensos diharuskan laporan prevalensi kasus tiap bulan. Hal tersebut tentu saja menghambat kinerja kader dan advokasi intervensi selanjutnya Namun setelah Liga-Sph digunakan di Posyandu dan kader juga dilibatkan dalam kegiatan skrining, maka hasil yang diperoleh dalam kegiatan skrining BB/U (underweight) dan TB/U (stunting) adalah skrining dapat dilakukan pada hari H posyandu (Oneday Service). Pemberdayaan kader pun berjalan maksimal dan membantu edukasi, advokasi, intervensi ke stakeholder.

 

Video

Materi

ligasphMANUALBOOK.docx
ligasphHASILPENELITIAN.docx

Comment

Leave a comment