• Lilik Zuhriyah
  • Tanggal Diubah : 30 September 2021
    Status Registrasi : Belum Registrasi

Aplikasi Siaga DBD

Deskripsi

Bidang Teknik Invensi

     Invensi ini berhubungan dengan proses pembuatan aplikasi komputer “SIAGA DBD”. Aplikasi ini merupakan alat bantu yang diperlukan oleh Dinas Kesehatan Kota Malang, puskesmas di wilayah kerja kota Malang, dan masyarakat kota Malang untuk melaporkan hasil surveilans factor risiko lingkungan, jentik, dan penderita oleh masyarakat dan mendapatkan data hasil surveilans factor risiko lingkungan, jentik, dan penderita  bagi puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Malang. Aplikasi SISGA DBD ini dilengkapi dengan menu Berita yang memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait DBD yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Kota Malang. Grafik dan data detil dapat diakses oleh Dinas Kesehatan Kota Malang untuk disebarkan kepada puskesmas. Aplikasi android ini berisi tentang surveilans lingkungan, surveilans jentik, lapor penderita, dan berita.

Latar Belakang Invensi

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Saat ini DBD masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2014 menyebutkan bahwa angka kesakitan DBD tampak fluktuatif dari 2010 – 2016 dengan jumlah kasus tinggi pada 2013 dan 2015. Begitu pula dengan angka kematian mulai 2009 - 2016 juga tampak berfluktuasi, dan menunjukkan tingginya CFR (Case Fatality Rate) pada 2012 dan secara umum masih melebihi target nasional yaitu < 1% (Dinkes Propinsi Jatim, 2016). Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur  yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi. Data Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Malang melaporkan bahwa pada 2009 terjadi peningkatan kasus DBD setelah sebelumya mengalami penurunan pada 2008.

Jumlah kasus DBD pada 2007, 2008, 2009, dan 2010 secara berurutan adalah  642 kasus, 408 kasus, 656 kasus, dan 879 kasus. Sementara itu, jumlah kematian pada 2007, 2008, 2009, 2010 secara berurutan adalah 10, 3, 4, dan 5 kematian. Enam tahun kemudian jumlah kasus cenderung menurun. Pada 2015, 2016, dan 2017 jumlah kasus DBD secara berurutan menjadi 293, 464, dan 105 kasus. Sementara itu, jumlah kematian pada tahun yang sama adalah 2, 3,dan 3 kematian. 

Pengendalian vektor nyamuk Aedes merupakan upaya penting untuk pencegahan karena sampai saat ini belum tersedia obat untuk DBD WHO, 2009) sedangkan vaksin DBD sendiri masih terbatas dan terus dikembangkan. Surveilans kasus DBD/ DD (Demam Dengue) dan vektor sangat penting dalam pencegahan DBD. Namun pelaporan kasus relatif sering tertunda sehingga dapat menghambat upaya pencegahan. Di Singapura surveilans dan program pendidikan masyarakat menjadi dasar pencegahan DBD (Spiegel et al., 2005). Surveilans lingkungan juga diperlukan agar faktor risiko dengue yang bersumber dari lingkungan dapat diantisipasi. Surveilans lingkungan merupakan salah satu sub sistem sistem surveilans yang sukses dilaksanakan di Kuba (Spiegel et al., 2004).

Namun sebagian besar data surveilans larva nyamuk dari kader kesehatan tidak tepat waktu dan keakuratannya dipertanyakan. Demikian pula surveilans kasus oleh rumah sakit dan kader kesehatan kadang tidak tepat waktu (Zuhriyah, 2016). Padahal DBD merupakan salah satu penyakit yang berpotensi menimbulkan wabah yang pelaporannya harus dilakukan dalam 1 x 24 jam.

Penggunaan surveilans real time DBD telah dilakukan di beberapa negara. Di Nepal surveilans DBD dilakukan dengan menggunakan SMS (Bhattarai et al, 2019). Penggunaan android untuk surveilans DBD juga telah dilakukan di beberapa negara misalnya India (Babu et al., 2019), Sri Lanka (Wilder-Smith et al.,2014; Lwin et al., 2019), Cina (Wu et al., 2016), Colombia (Rodrigues et al., 2019) dan lain-lain. Penggunaan teknologi tersebut telah membantu meningkatkan pengetahuan dan mengontrol penyebaran DBD baik bagi masyarakat maupun bagi petugas kesehatan.   

Di samping itu, pada masa pandemi Covid-19 ini penggunaan teknologi informasi akan  sangat membantu pencegahan penyakit. Pencegahan penyakit baik menular maupun tidak menular saat ini dapat mengurangi beban rumah sakit dalam menangani pasien. Dampak lainnya adalah berkurangnya resiko masyarakat untuk terpapar Covid-19. Dengan demikian rumah sakit dan pemerintah dapat mengurangi resiko beban ganda penyakit.

Tersedianya aplikasi “Siaga DBD” yang dapat menyediakan data real time di kota Malang sehingga diharapkan dapat mempermudah petugas kesehatan dalam mendapatkan data untuk merencanakan program pencegahan DBD.

Aplikasi “Siaga DBD” merupakan aplikasi android yang berisi formulir survei factor risiko lingkungan, survei jentik nyamuk, laporan penderita DBD oleh warga, serta informasi mengenai DBD dan situasi DBD di kota Malang. 

Dengan penggunaan aplikasi android “Siaga DBD” sebagai alat bantu surveilans, petugas kesehatan (Dnas Kesehatan dan puskesmas) serta masyarakat  diharapkan dapat menggunakan data yang tersedia untuk ditindaklanjuti dalam bentuk kegiatan pencegahan DBD serta penangangan pasien DBD secara lebih cepat. 

Uraian Singkat Invensi

Surveilans merupakan langkah utama dan awal yang harus dilakukan untuk mengurangi penyebaran penyakit DBD. Identifikasi area dengan faktor risiko lingkungan, kepadatan vektor nyamuk khususnya Aedes, dan jumlah penderita yang tinggi dapat memudahkan petugas kesehatan untuk dapat fokus pada upaya pencegahan DBD. Dengan difokuskannya area beresiko tinggi DBD diharapkan dapat lebih efektif dan efisien lagi dalam pencegahan DBD. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilans mandiri oelh masyarakat dengan  aplikasi android “Siaga DBD” diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat, meningkatkan efektfiitas dan efisiensi pencegahan DBD, dan pada akhirnya dapat menurunkan angka kejadian DBD khususnya di kota Malang. Aplikasi ini berisi tentang survei lingkungan, survei jentik, laporan penderita, dan berita tentang situasi DBD. 

Uraian Singkat Gambar

Aplikasi android “Siaga DBD” merupakan alat bantu surveilans yang dapat digunakan oleh masyarakat dan kader kesehatan untuk melaporkan kondisi factor risiko lingkungan dan keberadaan jentik di rumahnya yang merupakan factor risiko DBD. Pada alat bantu surveilans ini terdapat menu yang dapat dengan mudah diakses oleh pengguna ketika melakukan surveilans. Menu yang ada di aplikasi ini adalah survei lingkungan, survei jentik, laporan penderita, dan berita. Alat bantu surveilans “Siaga DBD” dilengkapi dengan website yang dikelola oleh admin yang dapat membantu petugas kesehatan dalam memantau kondisi risiko DBD di wilayah kota Malang. Selain itu alat bantu ini juga menggunaan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam.

Uraian Lengkap Invensi

Pengendalian vektor nyamuk Aedes merupakan upaya penting untuk pencegahan DBD karena sampai saat ini belum tersedia obat untuk DBD (WHO,2009). Sementara itu, vaksin DBD sendiri masih terbatas dan terus dikembangkan. Surveilans kasus DBD/ DD (Demam Dengue) dan vektor sangat penting dalam pencegahan DBD. Namun pelaporan kasus relatif sering tertunda sehingga dapat menghambat upaya pencegahan. Di Singapura surveilans dan program pendidikan masyarakat menjadi dasar pencegahan DBD (Spiegel et al., 2005). Surveilans lingkungan juga diperlukan agar faktor risiko dengue yang bersumber dari lingkungan dapat diantisipasi. Surveilans lingkungan merupakan salah satu sub sistem sistem surveilans yang sukses dilaksanakan di Kuba (Spiegel et al., 2004).

Oleh sebab itu, perlu disediakan mobile surveilans yang real time bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat  mengenai pentingnya mensurvei jentik dan faktor risiko lingkungan serta melaporkan kasus DBD  sehingga dapat meningkatkan meningkatkan efektifitas dan efisiensi upaya pencegahan DBD di kota Malang. Alat surveilans “Siaga DBD” memuat form survei jentik, form survei lingkungan, form laporan kasus DBD, dan berita. Form survei jentik memuat kontainer apa saja yang harus diamati. Form survei lingkungan memuat kondisi lingkungan rumah yang beresiko terjadinya DBD. Form laporan penderita DBD memuat data singkat penderita yang biasanya dilaporkan ke puskesmas untuk dilacak. Menu berita hanya dapat diisi oleh admin. Melalui menu ini admin dapat menginformasikan situasi terkini mengenai kepadatan jentik dan jumlah penderita di masing-masing wilayah. Menu ini juga dapat digunakan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat.

Aplikasi tersebut telah dilengkapi dengan website yang menampung data survei dan dikelola oleh admin. Admin diperankan oleh pemilik aplikasi dan dapat diperankan oleh petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Malang. Data-data yang terkumpul akan dilaporkan ke puskesmas dan dinas kesehatan untuk digunakan sebagai bahan menyusun perencanaan pencegahan DBD. Adanya menu laporan, dan surveilans yang dapat didownload oleh admin diharapkan dapat memudahkan petugas kesehatan puskesmas untuk memantau risiko DBD di area kerjanya. Data dari masing-masing rumah yang melakukan survei lingkungan dan survei jentik akan didapatkan laporannya. Data juga dapat ditampilkan sesuai dengan keperluan pengguna, misalnya per kecamatan/ kelurahan/ RW; atau per bulan. Dengan aplikasi ini diharapkan masyarakat dapat terbiasa untuk memantau keberadaraan jentik di rumahnya sendiri, peduli pada lingkungannya, serta tanggap dalam merespon adanya kasus DBD. Untuk itu kader jumantik dan puskesmas diharapkan dapat selalu mengingatkan masyarakat untuk mengisi form survei di aplikasi tersebut.   

Telah dilakukan penelitian mengenai feasibilitas penggunaan aplikasi “Siaga DBD” di 4 wilayah kerja puskesmas di kota Malang. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui feasibilitas penggunaan alat bantu surveilans “Siaga DBD” dengan judul “Pengembangan Aplikasi Electronic Real Time Dengue Surveillance (Info DBD Malang) untuk Pengendalian Demam Berdarah Dengue” dan “Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Online Surveilans Jentik di Kota Malang”. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2017 dan 2020.

Penelitian “Pengembangan Aplikasi Electronic Real Time Dengue Surveillance (Info DBD Malang) untuk Pengendalian Demam Berdarah Dengue”  ini merupakan penelitian mixed method yang menggabungkan rancang bangun aplikasi android – kuasi eksperimental dan case study.  Penarikan sampel puskesmas dilakukan secara pusposive sampling yaitu puskesmas yang memiliki rawat inap. Demikian pula, penarikan sampel rumah tangga dilakukan secara purposive sampling yaitu disesuaikan dengan kesediaan kader masing-masing kelurahan untuk berpartisipasi. Hasil penelitian dilihat dari data yang masuk ke website melalui aplikasi android, wawancara dengan kader jumantik dan petugas kesehatan, serta kuesioner yang dibagikan kepada kader jumantik. Dalam perkembangannya nama aplikasi yang dibuat menjadi ”Siaga DBD” dan bukan ”Info DBD Malang” sebagaimana diusulkan pertama kali. Dalam penelitian ini kader jumantik diminta menggunakan aplikasi ”Siaga DBD” ini untuk survei lingkungan dan survei jentik. Sementara itu peugas kesehatan diminta mengisi form survei jentik dan laporan detil penderita yang dirawat di puskesmasnya. Entry data dilakukan selama 15 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kader jumantik   telah terbiasa menggunakan gadget android, namun belum terbiasa menggunakan aplikasi surveilans meskipun sebagian besar merasakan lebih mudah. Begitu pula dengan petugas kesehatan, meskipun aplikasi dirasakan lebih mudah namun memerlukan kebijakan dari pimpinan dan biaya. Secara umum partisipasi kader kesehatan dan petugas kesehatan dalam entry data masih kurang terutama ketika biaya survey ditiadakan. Hal ini mungkin karena entry data sangat mengandalkan kader kesehatan dan petugas kesehatan. Aplikasi yang dihasilkan juga belum mampu menghasilkan data real time dan real place sehingga harus dibantu dengan aplikasi ODK untuk survey jentik. Data survey jentik yang dihasilkan kader jumantik lebih underestimate (menunjukkan kepadatan jentik lebih rendah) dibandingkan data petugas kesehatan dalam hal keberadaan jentik (keberadaan jentik lebih tinggi). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan alat bantu surveilans DBD yang bersifat mobile dapat diterima oleh masyarakat dan petugas kesehatan. Namun demikian, perlu perbaikan terhadap aplikasi android ”Siaga DBD” agar dapat menghasilkan data yang real time dan  real place serta lebih mudah digunakan oleh masyarakat dan petugas kesehatan.

Penelitian “Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Online Surveilans Jentik di Kota Malang” dilakukan dengan desain kuasi eksperimental. Terdapat kelurahan-kelurahan yang menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol adalah kelurahan ayng belum pernah dilibatkan dalam penelitian sebelumnya, sedangkan kelompok perlakuan adalah kelurahan-kelurahan yang pernah terlibat dalam penelitian sebelumnya. Terhadap kader jumantik dari kedua kelompok tersebut dilakukan pelatihan penggunaan aplikasi Siaga DBD yang telah diperbaiki dari aplikasi sebelumnya. Aplikasi Siaga DBD ini terdiri dari form survei jentik, form survei lingkungan, form laporan penderita DBD, dan berita. Data yang dihasilkan telah real time dan real place. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 RW yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu 30 RW sebagai kontrol dan 30 RW sebagai kelompok perlakuan. Pemilihan puskesmas dilakukan secara purposive sampling, sementara pemilihan RW sampel dilakukan secara random sampling di mana keduanya harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan. Intervensi berupa penggunaan aplikasi android Siaga DBD dilakukan selama 2 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok control memiliki partisipasi untuk entry data yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan. Namun demikian tidak ada beda indeks kepadatan nyamuk antara kedua kelompok tersebut. Angka kepadatan jentik pada kedua kelompok tersebut tergolong rendah.

Dari kedua hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Alat bantu surveilans “Siaga DBD” dapat digunakan oleh masyarakat untuk membantu surveilans DBD dan factor risikonya.

Materi

app-debug.apk

Comment

Leave a comment