Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, namun tidak jarang pula bakteri dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya. Bakteri Mycobacterium tuberculosis juga menyerang organ tubuh selain paru-paru. Beban kasus TBC di Indonesia masih tinggi, yaitu peringkat tiga dunia pada 2018 dengan 834.000 kasus (316 per 100.000 penduduk).
Kuman TBC menular melalui udara dari satu orang ke orang yang lainnya. Orang yang terinfeksi kuman tuberculosis (TBC), tapi tidak merasakan sakit . Orang ini disebut dengan infeksi laten TBC (TBC tidur). Karena kuman sedang tidak aktif (tidur), orang dengan infeksi laten kepada orang lain.Orang dengan Infeksi Laten Tuberculosis ( ILTB) biasanya terjadi pada orang yang kontak serumah dengan pasien TBC aktif. Misalnya, ayah terinfeksi TBC aktif, bisa jadi anak dan istrinya mengalami ILTB yang artinya telah terinfeksi tetapi tidak berkembang menjadi TBC aktif. Namun, beberapa hasil studi menunjukkan, sekitar 5-10% orang dengan ILTB akan berkembang menjadi TBC aktif, biasanya terjadi dalam 5 tahun sejak pertama kali terinfeksi. Orang yang ILTB pun bisa mejadi TBC aktif jika ia memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Tuberkulosis (TBC) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Pada saat bersamaan epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menunjukkan pengaruhnya terhadap peningkatan epidemi Tuberkulosis di seluruh dunia yang berakibat meningkatnya jumlah kasus TBC di masyarakat. Kedua masalah kesehatan ini merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian TBC dan banyak bukti menunjukkan bahwa Pengendalian TBC tidak akan berhasil dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV. Sebaliknya TBC merupakan salah satu infeksi oportunistik yang banyak terjadi dan penyebab utama kematian pada orang dengan HIV AIDS. Dengan demikian pemberian TPT pada pasien ODHIV merupakan sesuatu yang seharusnya sangat penting. Beberapa penelitian menunjukkan “12 dari 100 ODHIV yang hanya minum ART tanpa minum TPT akan menderita TBC Aktif”.
Melihat begitu pentingnya pemberian TPT pada ODHIV , maka kolaborasi kegiatan kedua program merupakan satu keharusan agar mampu menanggulangi kedua penyakit tersebut secara efektif dan efiisien. Melihat kondisi ini, Puskesmas Kecamatan Kemayoran melalui tim kolaborasi Tim TB – HIV membuat beberapa inovasi untuk meningkatkan capaian Pemberian TPT pada ODHIV dan pasien kontak dalam rangka mewujudkan eliminasi Tuberculosis tahun 2030.