• Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka
  • Tanggal Diubah : 26 September 2021
    Status Registrasi : Sudah Registrasi

INOVASI POS PENTING SEHAT MAPAN

Deskripsi

ABSTRAK

Masih tingginya Prevalensi Stunting pada balita di Kabupaten Bangka tahun 2013 sebesar 32,27% (Riskesdas 2013) menjadikan Kabupaten Bangka terpilih sebagai prioritas penanganan stunting nasional tahun 2019 dengan 10 desa lokus stunting yang harus di intervensi, penyebab langsung terjadinya stunting adalah kekurangan gizi yang kronis dimulai dari seribu hari pertama kehidupan (1000) HPK yaitu sejak ibu hamil sampai anak berusia dua tahun (baduta), hal ini disebabkan rendahnya pengetahuan ibu selama kehamilan dan kurangnya pemberian makan bayi dan anak terutama ASI dan MPASI pada dua tahun pertama. Di Kabupaten  Bangka rendahnya  asupan makanan bergizi seimbang yang disebabkan oleh pola pengasuhan yang kurang baik yaitu praktek pemberian makanan bayi dan anak terutama pemberian ASI dimana cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 25,7% pada  tahun  2017 (PSG, 2017) dari 50% target nasional, status gizi  ibu hamil yang masih rendah selama kehamilan yang bisa dilihat dari Persentase KEK bumil sebesar 22,5% (Riskesdas, 2018) dan  pengetahuan ibu yang masih kurang berdasarkan hasil Pemantauan Konsumsi Gizi di Kabupaten Bangkatahun 2017 dimana konsumsi Kecukupan energi Ibu Hamil termasuk dalam kategori defisit ringan yaitu 73,6% dari standar  cukup 80% -119%  sehingga bayi yang dilahirkan berpotensi berat badan kurang dan pendek (stunting).

 

Upaya yang telah dilaksanakan Dinas Kesehatan adalah sosialisasi dan pelatihan pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) kepada kader dan PKK kecamatan dan desa namun implementasinya belum pernah dilaksanakan secara langsung dan terpadu kepada sasaran baduta dan bumil di desa dikarenakan kegiatannya masih terpisah-pisah yaitu di kelas ibu balita dan kelas ibu hamil serta  terkendalanya dukungan dari SDM, dana dan fasilitas tempat di desa lokus stunting

 

Untuk itulah Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka yang tugasnya dalam mencegah dan menanggulangi masalah gizi melakukan intervensi gizi spesifik  dengan melibatkan lintas program dan lintas sector terkait masalah stunting membuat terobosan inovasi Pos pencegahan Stunting Seribu Hari Pertama Kehidupan atau Pos Penting Sehat Mapan, kegiatan ini merupakan kegiatan terpadu dalam pencegahan stunting. Sasaran pos penting sehat mapan adalah kelompok 1000 HPK yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan baduta dalam suatu wadah melalui pemberdayaan masyarakat dengan membentuk pos-pos di  desa lokus stunting dengan memberikan pendidikan gizi sebagai upaya perubahan perilaku dalam praktek pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) serta edukasi giziseimbang ‘isi piringku’ pada ibu hamil yang dilaksanakan selama 12 hari di desa lokus stunting. Selain itu Makanan yang dimasak berasal dari pangan lokal setempat dengan melibatkan Kelompok Wanita Tani (KWT),Ibu PKK, Kader Pembangunan Manusia (KPM) dan Kader kesehatan di desa. Sedangkan Pelaksana  dari Petugas kesehatan adalah Petugas Gizi, Bidan desa, promkes dan kesehatan lingkungan.

Makanan yang diolah di Pos penting sehat mapan dengan menu yang sudah disusun oleh Ahli gizi Puskesmas dan Dinas Kesehatan’ sesuai dengan prinsip gizi seimbang “isi piringku” setiap kali makan.Porsi Makanan setiap hari di evaluasi apakah habis atau ada sisa.Berat badan baduta dan Ibu ditimbang setiap hari.Tinggi badan diukur pada awal dan akhir kegiatan. Setiap hari ada edukasi dari narasumber yang kompeten tentang gizi, pengasuhan anak, PHBS, Germas serta mengolah menu dari pangan lokal dari Dinas Pangan  dan PKK Kabupaten. Evaluasi pos penting sehat mapan ini dapat dilihat dari hasil skor pengetahuan ibu selama mengikuti kegiatan selama 12 hari dan penambahan BB ibu hamil dan baduta.

 

Pada tahap awal  peluncuran Pos Penting Sehat Mapan dilaksanakan di desa lokus stunting percontohan desa Mendo pada bulan Oktober 2019, kemudian di replikasikan di desa Kota Kapur pada bulan Nopember 2019.  Di masa pandemi COVID-19 Pos penting sehat mapan berlanjut dilaksanakan di desa Riding Panjang dan desa Air Duren pada bulan Nopember dan Desember tahun 2020 dengan  menerapkan protokol kesehatan.

 

Dalam implementasi selama  2 tahun pelaksanaan  pos pencegahan stunting 1000 HPK percontohan di desa Mendo dan Riding Panjang mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan  selama 12 hari dengan menggunakan dana desa terkait pencegahan stunting dan adanya kerjasama dan kolaborasi sesuai  Tahapan  yang sudah disusun. Diharapkan kegiatan pos penting sehat mapan ini akan berlanjut terus ke desa lokus stunting lainnya.

 

Indikator yang diharapkan adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan Ibu yang mempunyai baduta dan ibu hamil dalam pemberian makanan yang tepat pada baduta sehingga dapat diterapkan setelah ikut kegiatan pos penting sehat mapan ini untuk  meningkatkan status gizi baduta  dan menurunnya KEK bumil yang ada di desa lokus stunting.

 

Secara keseluruhan terjadinya penurunan Angka prevalensi Stunting di kabupaten Bangka yaitu berdasarkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi stunting pada balita sebesar 23,9% dan prevalensi baduta stunting sebesar 18.2% sedangkan dari data elektronik pencatatan pelaporan berbasis gizi masyarakat (e-PPGBM) by name by address prevalensi balita stunting sebesar 12,01% dan prevalensi baduta stunting sebesar 8.9%. Prevalensi Balita Stunting di Kabupaten Bangka Tahun 2019 berdasarkan hasil Survey Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019 turun menjadi 20.9% sedangkan dari data e-PPGBM secara by name by address Prevalensi baduta stunting sebesar 5,05% pada tahun 2019 dari sasaran 30.470 balita dan 1.96% pada tahun 2020 dari sasaran  29.319 balita.

 

DESKRIPSI KABUPATEN BANGKA

 

Kabupaten Bangka merupakan satu dari 7 kabupaten/kota yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Sungailiat sebagai ibukota kabupaten .Wilayah Kabupaten Bangka memiliki luas 2,950,68Km2, terletak di bagian utara Pulau Bangka pada posisi antara 105038’-106018’ Bujur Timur dan 103’-2021’ Lintang Selatan. Kabupaten Bangka terdiri dari 2 katagori daerah, yaitu (1) daerah pantai meliputi kecamatan Sungailiat, sebagian wilayah kecamatan Merawang, sebagian wilayah kecamatan Riau Silip, sebagian wilayah kecamatan Belinyu dan sebagian kecil kecamatan Mendo Barat; (2) daerah dataran rendah meliputi sebagian besar kecamatan Mendo Barat, kecamatan Pemali, kecamatan Puding Besar, dan kecamatan Bakam.

 

Adapun  batas wilayah sebagai berikut :sebelah utara berbatasan dengan Laut Natuna;sebelah timur berbatasan dengan Laut Natuna; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bangka Tengah dan Kota Pangkalpinang; dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bangka Barat. Kabupaten Bangka terdiri atas 8 kecamatan,62 desa dan 19 kelurahan.

 

Jumlah Penduduk Pada Tahun 2020 sebesar 318.756  dengan kepadatan penduduk 108 Km2 dengan jumlah balita 29.316 orang, bumil 6912 orang,  busui  6794 orang dan baduta  13.809 orang. Sedangkan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 12 Puskesmas, 36 pustu dan 232, posyandu.

 

Visi dan Misi Kabupaten Bangka yaitu “Bangka Setara” yang artinya Bangka Sejahtera dan Mulia  dimana salah satu misinya  Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berintegritas. Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga ikut mendukung Visi dan Misi Kabupaten Bangka untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia Manusia yang berkualitas dan berintegritas menuju Bangka Sejahtera dan Mulia.

 

PROFIL DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGKA

 

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani Jalur Dua Sungailiat, saat ini Kepala Dinas Kesehatan dipimpin oleh  dr Then Suyanti, MM.  Salah satu bidang nya adalah Kesehatan Masyarakat yang membawahi Seksi Gizi, Seksi Kesehatan Keluarga dan Seksi Promosi Kesehatan.

 

Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka mempunyai tugas dan fungsi yang salah satu nya adalah melaksanakan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi terutama stunting. Mengingat Kabupaten Bangka merupakan salah satu dari 60 kabupaten/kota yang ditetapkan menjadi daerah prioritas penanganan stunting  tahap kedua dengan terpilihmasing-masing 10 desa per kabupaten pada tahun 2019 oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang didasarkan dari hasil Riskesdas 2013 dengan prevalensi stunting balita sebesar 32,27% (batas kronis stunting  ≥ 20%) dengan 10 desa lokus proritas stunting yaitu Maras Senang, Neknang, Saing, Penagan,Kota kapur, Rukam, Air Duren, Cengkong Abang, Mendo dan Riding Panjang.

 

Maka salah satu upaya terobosan Seksi Gizi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka melalui intervensi gizi spesifik untuk menurunkan stunting pada balita dengan sasaran pada kelompok 1000 HPK (seribu hari pertama kehidupan) yaitu Ibu hamil dan anak dibawah dua tahun (baduta) dengan menginisiasi dibentuknya pos pencegahan stunting pada kelompok 1000 HPK (POS PENTING SEHAT MAPAN) di desa lokus stunting dalam suatu wadah pos pencegahan stunting dengan memberdayakan kader, ibu PKK desa dan Karang taruna dan Kelompok wanita tani. Dalam kegiatan ini dilakukan upaya perubahan perilaku dalam praktik pemenuhan asupan gizi anak dibawah dua tahun dan memberikan pendidikan gizi  seimbang ‘isi piringku’ pada ibu hamil dengan memanfaatkan pangan lokal dalam rangka mencegah dan menurunkan stunting pada balita.

PENDAHULUAN

 

Kabupaten Bangka merupakan salah satu dari 60 kabupaten/kota yang ditetapkan menjadi daerah prioritas penanganan stunting  tahap kedua dengan terpilihmasing-masing 10 desa per kabupaten pada tahun 2019 oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang didasarkan dari hasil Riskesdas 2013, dimana  Kabupaten Bangka termasuk prevalensi tertinggi yaitu 32,27% ( batas kronis stunting  ≥ 20%). Selain itu Berdasarkan Hasil Pemantauan Status Gizi  (PSG) balita oleh Kementerian Kesehatan,   di Kabupaten Bangka terjadi peningkatan persentase stunting pada balita selama tiga tahun terakhir  yaitu 18,7% pada tahun 2015,  27,5% pada tahun 2016 dan  27,7% pada tahun 2017 lebih tinggi dari yang ditetapkan standar WHO yaitu 20%. Walaupun pada tahun 2018 persentase stunting balita menurun menjadi 23,9% namun masih diatas standar WHO.   Karena itu intervensi terhadap penurunan stunting tetap dillanjutkan dengan cara pencegahan secara promotif dan preventif.

 

Penyebab langsung terjadinya stunting adalah rendahnya asupan makanan yang bergizi  dan adanya penyakit infeksi terutama sejak dari janin sampai usia dua tahun atau 1000 HPK. Sedangkan factor tidak langsung adalah ketersediaan makanan yang bergizi, akses terhadap air bersih yang aman dan sanitasi yang tidak layak disamping akses terhadap pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau.

 

Berdasarkan analisis data fishbonepenyebab yang paling berpengaruh besar terhadap terjadinya stunting di Kabupaten Bangka adalah factor langsung  yaitu rendahnya  asupan makanan bergizi seimbang yang disebabkan oleh pola pengasuhan yang kurang baik yaitu praktek pemberian makanan bayi dan anak terutama pemberian ASI dimana cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Bangka sebesar 25,7% pada  tahun  2017 (Hasil PSG) dari 50% target nasional, status gizi ibu hamil yang masih rendah selama kehamilan yang bisa dilihat dari Persentase KEK bumil sebesar 22,5% (Riskesdas, 2018) danpengetahuan ibu yang masih kurang berdasarkan hasil Pemantauan Konsumsi Gizi di Kabupaten Bangkatahun 2017 dimana konsumsi Kecukupan energi Ibu Hamil termasuk dalam kategori defisit ringan yaitu 73,6% dari standar  cukup 80% -119%  sehingga bayi yang dilahirkan lahir dengan berat badan kurang dan pendek (stunting).

 

Untuk mencegah stunting paling tepat dilaksanakan pada 1000 HPK karena setelah usia dua tahun sudah terlambat. Masa pembentukan sel sel organ tubuh, sel syaraf otak dan kecerdasan terjadi pada saat 1000 HPK, sehingga apabila tidak terpenuhi asupan zat gizi pada saat itu akan menyebabkan terjadinya stunting pada balita, dampak stunting akan menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada balita, gangguan kognitif atau kecerdasan dan gangguan metabolisme tubuh pada saat dewasa sehingga menimbulkan penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, penyakit jantung coroner, stroke, gangguan hatidan ginjal.

 

Upaya yang telah dilaksanakan Dinas Kesehatan adalah sosialisasi dan pelatihan pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) kepada kader dan PKK kecamatan dan desa namun implementasinya belum pernah dilaksanakan secara langsung dan terpadu kepada sasaran baduta dan bumil di desa dikarenakan kegiatannya masih terpisah-pisah yaitu di kelas ibu balita dan kelas ibu hamil serta  terkendalanya dukungan dari SDM, dana dan fasilitas tempat di desa lokus stunting.

 

Untuk itu Dinas Kesehatan melakukan terobosan inovasi POS PENTING SEHAT MAPAN ( Pos Pencegahan Stunting pada Seribu Hari Pertama Kehidupan)  melalui intervensi gizi spesifik untuk menurunkan stunting pada balita dengan sasaran pada kelompok 1000 HPK ( seribu hari pertama kehidupan) yaitu Ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah dua tahun (baduta) di desa lokus stunting di Kabupaten Bangka.

 

Pos penting sehat mapan sebagai suatu wadah pos pencegahan stunting terpadudengan memberdayakan kader, ibu PKK desa dan karang taruna. Dalam kegiatan ini dilakukan upaya perubahan perilaku dalam praktik pemenuhan asupan gizi anak dibawah dua tahun dan memberikan pendidikan gizi  seimbang ‘isi piringku’ pada ibu hamil dengan  makanan bergizi pada ibu hamil dan MPASi pada badutadengan memanfaatkan pangan local serta melibatkan  sector pemerintah dan non pemerintah dalam memberikan edukasi dalam rangka mencegah stunting pada balita di Kabupaten Bangka..

 

ANALISA MASALAH

 

A.   Analisa Masalah Gizi

Upaya penurunan dan pencegahan stunting di Kabupaten Bangka  tahun 2019   adalah dengan cara intervensi yang terpadu mencakup intervensi spesifik dan sensitif, Kabupaten Bangka berkomitmen melaksanakan upaya penurunan stunting dengan cara menyasar kelompok prioritas di desa lokus prioritas  karena merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi, tumbuh kembang anak, dan pencegahan stunting.

 

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggungjawab terhadap penurunan dan pencegahan Stunting di Kabupaten Bangka melakukan koordinasi dengan pihak OPD terkait dalam melakukan intervensi gizi spesifik dengan menyasar penyebab stunting yang meliputi (i) kecukupan asupan makanan dan gizi, (ii) pemberian makan dan pola asuh, dan (iii) pengobatan infeksi/penyakit.

 

Masalah gizi di Kabupaten Bangka adala masih tingginya angka Stunting terutama di 10 desa lokus stunting yang di tetapkan oleh TNP2K  berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 sebesar 32,27%, meskipun pada tahun 2018 menurun menjadi 23,9% (Riskesdas, 2018)  dan 20,9% (SSGBI, 2019) namun masih diatas 20% dari standar WHO. Sedangkan dari hasil laporan elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat  (e-PPGBM) pada tahun 2019 terdapat 876 balita stunting by name by address

 

Tingginya angka stunting ini dikarenakan rendahnya pengetahuan ibu yang mempunyai baduta  terhadap praktek pemberian makan bayi dan anak yaitu pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dimana cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2015 sebesar 34,9%, tahun 2016sebesar 6,2% dan 25,7% pada  tahun 2017 (Hasil PSG Nasional) dari  target nasional  50% yang ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. 

 

Di Kabupaten Bangka terdapat 22,5% ibu hamil mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) akibat rendahnya konsumsi makanan bergizi selama kehamilan yang disebabkan oleh pengetahuan yang rendah tentang gizi seimbang (Riskesdas, 2018) .Begitu juga dari hasil  pemantauan konsumsi gizi (PKG) di Kabupaten Bangka Tahun 2017, kecukupan energi ibu hamil mengalami defisit ringan   sebesar 73,6% pada tahun 2017 dibandingkan  standar kecukupan energy  yaitu 80%-119%..

 

Dinas Kesehatan telah melatih kader dan ibu PKK untuk praktek terhadap cara pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) kepada ibu yang mempunyai anak di bawah dua tahun agar bisa mempraktekkan nya di lapangan, namun implementasi kegiatan ini belum berjalan optimal dikarenakan belum ada wadah khusus untuk melaksanakan PMBA tersebut, selama ini yang dilakukan belum terpadu dan efektif misalnya dalam kelas ibu hamil, kelas ibu balita dan posyandu.

 

Untuk mengatasi permasalahan itu Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka  yang mempunyai tugas dan fungsi dalam hal melaksanakan  pencegahan dan penanggulangan masalah gizi di Kabupaten Bangka serta melaksanakan koordinasi dengan lintas program dan  lintas sektoral  terkait  kegiatan   gizi  melakukan terobosan dengan membuat gagasan inovasi pos pencegahan stunting sebagai wadah yang menyasar pada kelompok 1000 HPK  atau POS PENTING SEHAT MAPAN dengan melaksanakan sosialisasi dan pendidikan gizi tentang praktek pemberian makanan yang tepat bagi ibu hamil, ibu yang mempunyai baduta dan anak di bawah dua tahun untuk di kumpulkan selama 12 hari berturut turut mempraktekkan pemberian makanan bayi dan anak (ASI dan MPASI) dengan menu 4 bintang dan pemberian edukasi kepada ibu hamil tentang makanan bergizi seimbang  sesuai slogan “isi piringku”  dan pemantauan status gizi selain mengangkat kearifan local didaerah dengan memanfaatkan makanan lokal dan hasil pangan lokal spesifik di daerah itu sebagai menu 4 bintang PMBA  bagi baduta dan bumil KEK dalam  rangka menurunkan angka stunting di desa lokus stunting percontohan,

 

Lokus Pos Pencegahan stunting ini dilakukan secara bertahap sejak tahun 2019 berada di 10 desa lokus stunting yang tertinggi di Kabupaten Bangka hasil Riskesdas 2013 dan 4 desa hasil pencatatan dan pelaporan berbasis gizi masyarakat secara elektronik (E PPGBM) sebagai tujuan jangka pendek. Dipilih satu desa lokus  sebagai tujuan  jangka pendek disebabkan waktu yang dibutuhkan hanya dua bulan untuk persiapan, pelaksanaan dan monev  kegiatan pos pencegahan stunting serta akan berlanjut atau direplikasikan ke desa lokus stunting  sebagai jangka menengah, samapai akhir tahun 2020 sudah 4 desa yang melaksanakan yaitu  desa Mendo, Kota Kapur, Riding Panjang dan Air Duren, disamping keterbatasan dana yang digunakan untuk operasional yang berasal dari pemanfaatan dana desa  dan CSR atau dari  anggaran dinas kesehatan  terhadap masalah stunting.

 

Indikator yang diharapkan adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan Ibu yang mempunyai baduta dan ibu hamil dalam pemberian makanan yang tepat pada baduta serta meningkatnya status gizi baduta  stunting dan ibu hamil KEK yang ada di desa lokus stunting.

 

Video

Materi

PROPOSAL_INOVASI_POS_PENTING_SEHAT_MAPAN_INDOHCF(2).docx

Comment

Leave a comment